Kisah Pilot yang Menyelamatkan Lion Air Boeing 737 MAX dari Bahaya

Kisah Pilot yang Menyelamatkan Lion Air Boeing 737 MAX dari Bahaya


Liputan6.com, Jakarta - Dua pilot Lion Air yang pernah mengemudikan armada Boeing 737 MAX membeberkan pengalamannya ketika terbang di Tanah Air. Pesawat tipe terbaru ini dilaporkan mengalami kesulitan teknis sehari sebelum kecelakaan fatal pada Oktober 2018.

Mereka mendapatkan bantuan dari sumber yang tidak terduga ketika pesawat mulai menukik ke bawah dengan sendirinya, yakni seorang pilot yang sedang tidak bertugas.

Pilot ketiga ini, yang diminta langsung untuk duduk di kursi kokpit, mendiagnosis masalah dengan tepat dan memberi tahu kru cara menonaktifkan sistem kontrol penerbangan yang tidak berfungsi. Keputusannya tersebut mampu menyelamatkan pesawat dengan segera. Demikian menurut sumber yang mengetahui penyelidikan jatuhnya Lion Air JT 610.

Keesokan harinya, di bawah komando tim penerbangan JT 610 yang berbeda, pesawat jet itu jatuh di Tanjung Pakis, perairan Karawang, Jawa Barat. Penyelidik mengatakan, jenis kerusakan yang terjadi pada saat tragedi ini dan sehari sebelumnya adalah sama.

Informasi baru tentang Boeing 737 MAX yang digunakan dalam sejumlah penerbangan Lion Air, menjadi petunjuk dalam mengungkapkan misteri yang menyiratkan bahwa beberapa pilot Lion Air yang mengemudikan Boeing keluaran terbaru itu mampu mencegah bencana terjadi saat dihadapkan dengan malfungsi pesawat, sementara yang lain kehilangan kendali atas pesawat dan jatuh.

Kehadiran pilot ketiga di kokpit tidak disebutkan dalam laporan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tertanggal 28 November dan tidak dilaporkan sebelumnya.

Sumber menyampaikan, pilot ketiga yang ikut dalam penerbangan dari Bali ke Jakarta --sehari sebelum insiden jatuhnya Lion Air jurusan Jakarta-Pangkal Pinang-- telah mengatakan kepada kru untuk memotong daya mesin yang mengarahkan moncong pesawat ke bawah.

"Semua data dan informasi yang kami miliki di penerbangan dan pesawat telah diserahkan ke KNKT. Kami tidak dapat memberikan komentar tambahan pada tahap ini, karena saat itu penyelidikan sedang berlangsung," kata juru bicara Lion Air Danang Prihantoro, sebagaimana dikutip dari Strait Times, Kamis (21/3/2019).

Laporan KNKT menyebut, pesawat mengalami beberapa kegagalan pada penerbangan sebelumnya (Bali ke Jakarta) dan belum diperbaiki dengan maksimal. Namun perwakilan dari Boeing dan KNKT menolak untuk berkomentar mengenai rute penerbangan tersebut.


Berjuang di Menit Akhir

Boeing 737 MAX-8 pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Lion Air.

Tiga orang yang mengetahui isi rekaman suara kokpit dalam penerbangan Lion Air yang jatuh di Tanjung Pakis membeberkan, para pilot memeriksa sebuah buku pedoman ketika mereka berjuang untuk memahami mengapa jet itu meluncur ke bawah. Malang, waktu mereka habis dan insiden pun terjadi.

Kapten berusia 31 tahun memegang kendali pesawat, sedangkan petugas pertama, 41 tahun, tengah menangani radio, menurut laporan awal yang dikeluarkan pada bulan November.

Hanya dua menit setelah penerbangan, petugas pertama melaporkan adanya "masalah kontrol penerbangan" ke pemandu lalu lintas udara (air traffic controler atau ATC) dan mengatakan pilot bermaksud mempertahankan ketinggian di 1.524 meter (5.000 kaki), kata laporan itu.

Petugas pertama tidak merinci masalah tersebut, tetapi sebuah sumber mengatakan kecepatan laju pesawat saat beberapa menit setelah tinggal landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, disebutkan dalam rekaman itu.

Sumber lain membocorkan, sebuah indikator menunjukkan masalah pada layar kapten tetapi bukan petugas pertama. Kapten meminta petugas pertama untuk memeriksa buku panduan referensi cepat, yang berisi daftar periksa untuk peristiwa abnormal.

Selama sembilan menit berikutnya, jet itu memperingatkan secara otomatis kepada para pilot bahwa pesawat mereka macet dan mocong si burung besi terdorong ke bawah sebagai bentuk tanggapan.

Kedua pilot utama masih mengkondisikan diri mereka untuk tetap tenang. Menjelang detik-detik jatuhnya peswat, kapten meminta petugas pertama untuk memegang kendali, sementara dia memeriksa manual untuk mencari solusi.

Ketika kapten berusaha untuk menemukan prosedur yang tepat di buku panduan, petugas pertama tidak dapat mengendalikan pesawat dan akhirnya jatuh.

Kapten kelahiran India itu terdiam pasrah, sementara perwira pertama (Indonesia) menyerukan "Allahu Akbar." Pesawat kemudian menabrak air, menewaskan seluruh orang yang ada di dalamnya.

sumber





Tidak ada komentar:

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Popular Post

Categories

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.